Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

DIDAKTIK DALAM SYAIR KLASIK

Sastra lama kita, syair, banyak merekam cerita-cerita yang dikisahkan secara turun-temurun. Seperti syair Ken Tambunan, Syair Bidasari, Syair Ikan Terubuk Berahikan Puyu-Puyu, Syair Perang Makasar , dan banyak lagi yang kerap kita dengar dari nenek moyang. Beberapa unsur menarik dalam syair melayu lama, seperti aspek humor, aspek didaktik dan aspek simbolik. Semua aspek itu dapat menggambarkan keadaan masyarakat serta latar belakang cerita atau syair. Namun masalahnya, di zaman modernisme sastra melayu lama seolah hilang fakta kemanusiaannya, seolah bukan gubahan trans individual, bahkan tak penting lagi dialektika pemahaman dan penjelasan dalam syair-syair tersebut. Revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar menggiring manusia melupakan cerminnya. Melupakan pijakannya. Pengakuan Eagleton, 1983, mengenai kesusastraan modern muncul pada abad XIX, yaitu zaman romantik. Yang pertama muncul adalah penyempitan kategori kesusastraan terhadap karya kreatif-i

SEKS DAN MISTISISME RAJA-RAJA JAWA

Seks merupakan ide yang bersifat instingtif. Dalam setiap individu, kesadaran laki-laki dan perempuan akan berjumpa dalam satu titik kesatuan—hubungan badan—yang penuh kreatifitas. Hal itu ditegaskan oleh Erich Fromm (1991) bahwa kesatuan sperma dengan sel telur adalah dasar dari segala kreatifitas. Hanya dalam pertemuan kedua kutub itulah rasa kebersamaan yang menusiawi dapat dirasakan.             Namun dalam masyarakat Jawa yang disebut-sebut sebagai masyarakat simbolis, seks tak lain merupakan permainan wacana. Semacam simulasi yang sangat vulgar, sebagai aplikasi logis atas pelatenan hal-hal yang wadak dari kebenaran esensial yang menjadi kabur. Hal ini sebagaimana Frans Magnis Saseno (1993) katakan bahwa hubungan seksual dalam masyarakat Jawa hanya diperbolehkan dalam rangka perkawinan, di luarnya adalah hal yang tabu.             Relaitas seks dalam ruang domestik akan melahirkan ekspresi, imajinasi, dan bahkan simbolisasi yang berlebih. Demikian karena kesadaran individu