Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

SIFAT BAIK DAUN YANG DIABAIKAN

Gambar
Konon, dewi cinta dari Yunani, Aphrodite, pernah berujar bahwa tidak ada yang lebih indah di dunia ini dibandingkan dengan sekuntum bunga, dan tidak ada yang lebih esensial dari pada tanaman. Percaya atau tidak, rahim sejati kehidupan manusia adalah daun-daun hijau yang menyelimuti bumi; karenanya, manusia bisa bernafas, makan, dan melangsungkan siklus kehidupan. Daun dalam cerpen Daruz Armedian (selanjutnya dibaca DA), memang bukan satu sub tema yang melatarbelakangi lahirnya ke tiga puluh cerpennya. Hanya saja, jika daun menjadi modus operandi untuk dibahas lebih jauh dan mendalam, tentu menjadi sesuatu yang unik dan menarik. Terlepas, apakah DA sadar atau tidak memberi judul antologi cerpennya dengan Sifat Baik Daun . Namun daun merupakan salah satu penyumbang terbesar dari 375 milyar ton makanan yang dikonsumsi manusia. Dengan matahari, udara, dan tanah, daun-daun menyemai menjadi bagian penting bagi kehidupan. Cerpen yang berjudul Sifat Baik Daun (hlm. 50), menceritakan

Kepada Puisiku

mata puisiku rabun pada sumpah serapah orang-orang buntung negeri ini pulau-pulau pun murung bau mesiu, air mata, dan darah mengekalkan ingatan tentang belada luka oh tuan, tidak ada yang benar-benar berlalu meski puisi adalah nenek tua berlidah kelu terbayang samar, mata merah penuh darah, tubuhnya selegam malam, jubahnya seputih awan tangan dan lidahnya seperti pedang tuhan yang tidak mengenal ampun malam yang terbuat dari irama angin gaduh dan anyir yang mereka bayangkan surga adalah air mata dan tangisan demi Tuhan yang dibuat sendiri puisi ini hanyalah debu yang kering bagi kesakitan yang menjelma hujan karena lidahnya telah kaku untuk sekedar melafalkan kengerian dan kau harus tahu, sekarang di sini tidak ada perang selain di dalam diri, di dalam diam 2017

VOLTAIRE DAN AKU YANG MALANG

Suatu sore, 15 juli 1689, di bibir pantai Bretagne, Perancis, sang Pastor de Kerkabon dan Nona de Kerkabon mengais masa lalu pada lembab pasir dan deru ombak yang sulit dilupakan; tentang saudara dan iparnya yang tak pernah kembali setelah menaiki kapal L’ Herondelle menuju Kanada. Barangkali kehilangan adalah pengakuan dosa dari pertemuan yang pernah ada. Begitu Voltaire memulai cerita dalam novelnya Si Lugu ( L’ Ingenu ). Masa lalu dan kehilangan menjadi modus siklik untuk semua tokoh yang kelak juga akan merasa kehilangan. Begitupun aku, pada 11 Oktober 2016 lalu, kepergiannya menjadi lonceng sunyi yang mengutukku ke semua sudut kota. Bagiku, kepergiannya adalah pengampunan dari perpisahan yang pernah ada kepada yang lain. Sebagaimana Si Lugu, tokoh utama, tiba-tiba turun dari perahu dan bertemu dengan sang pastor. Setelah percakapan singkat, mereka sepakat untuk melanjutkan perjamuan di Paroki Notre-Dame de la Montagne. Perjamuan menjadi alasan untuk berbagai cerita dan jawab

Berburu Gerimis di Kota Tua

Gambar
Judul              : Gerimis di Atas Kertas Penulis          : A. S. Rosyid Penerbit         : basabasi Cetakan         : September 2017 Tebal              : 200 hlm; 14 x 20 cm ISBN               : 978-602-6651-30-3       M embaca Gerimis di Atas Kertas,  karya A.S. Rosyid ini, saya diajak mengenal Lombok yang sekarang. Bukan lombok abad ke-14 ketika kerajaan Selaparang digagas oleh Raden Maspahit. Atau Lombok abad ke-16 ketika tumbuh banyak kerajaan di bawah kendali Selaparang, diantaranya Sokong, Bayan, Pejanggik, Langko, Suradadi, dan Parwa.      Apa lagi Lombok yang menurut banyak sejarah mengalami kesakitan berabad-abad di masa lalu. Misalnya, Lombok ketika tahun tragedi bangsa ini, yakni 31 Desember 1965, dimana terjadi konflik antara suku Sasak dan suku China dengan sentimin PKI. Atau Lombok era reformasi yang mengalami gejolak sosial karena konflik suku dan agama, tepatnya 17 Januari 2000 itu. Bukan! Tapi, Gerimis di Atas Kertas adalah wajah Lombok yang

USAHA JOSÉ SARAMAGO MENGALAHKAN TUHAN

Judul               : Kain Penulis             : José Saramago Penerjemah      : An Ismanto Penerbit            : Basabasi Cetakan           : Desember 2017 Tebal               : 192 hlm, 14 x 20 cm ISBN                 : 978-602-6651-57-0 José Saramago bagi saya, meminjam salah satu pernyataan Eva Hoffman—Hirsch, 2012—sebagai the hange generation atau the guardianship of the holocaust. Dengan artian, sebagai generasi selanjutnya yang tidak mengalami kekejaman Tuhan secara langsung terhadap manusia di masa lalu. Namun, ia dapat menuliskan pengelaman kelam tersebut seolah pengalamannya sendiri. Tidak bisa dipungkiri, ia menggali kisah “kekejaman” Tuhan kepada nabi-nabi, kepada kaum atau suku yang pernah dimusnahkan, hingga pada realitas sentimentil, seperti seks, dari dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Lama ( old statement). Dari novel pertamanya yang berjudul A Gospel According to Jesus Christ (1991), yang menceritakan kehidupan Yesus, jauh bersebrangan dengan

JUNGKIR BALIK MEMBACA EKO TRIONO

Judul               : Kamu Sedang Membaca Tulisan Ini Penulis             : Eko Triono Penerbit           : Basabasi Cetakan           : Desember 2017 Tebal               : 220 Hlm; 14 x 20 cm ISBN               : 987-602-6651-67-9 Membaca antologi cerpen terbaru Eko Triono (selanjutnya dibaca ET) ini, teringat dengan salah satu ceramah Umar Kayam di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada akhir tahun 1970, yang berjudul “ Penghayatan Seni dan Eksplorasi Seni; Dua Wajah Dalam Kehidupan Kebudayaan Kita. ” Yang sedikit banyak berbicara mengenai sastra Indonesia kontemporer yang seharusnya selalu dihayati dan dieksplorasi dengan sungguh-sunguh. Kira-kira begini pemahaman saya tentang ceramah itu, dengan mengutip Richard Kostelanetz, bahwa sastra Indonesia kontemporer ialah sastra yang coba memahami sifat radikal masa kini, baik dalam hal bentuk dan isi, di samping hasrat radikal yang menunjukkan hasrat abadi dalam diri manusia dan di dalam warisan sejarah kebudayaan yang terus b

ALKUDUS DAN TUHAN YANG TAK PERLU DIBELA

Judul               : Alkudus Penulis             : Asef Saeful Anwar Penerbit           : Basabasi Cetakan           : April 2017 Tebal               : 268 hlm; 14x20 cm ISBN               : 978-602-61160-0-0 “Burung-burung tidak terbang dengan sayapnya mereka, melainkan terbang dengan kekuatan hasrat mereka. Ikan tidak berenang dengan tubuh mereka, melainkan berenang dengan kekuatan hasrat mereka. Dan ketika orang mempunyai hasrat untuk berenang, ia akan berenang seperti se ekor ikan,” begitulah aforisma Hazrat Inayat Khan dalam Dimensi Mistik Musik dan Bunyi (2002). “Kekuatan hasrat” dari Hazrat ini sedikit banyak akan menjadi resonansi dalam membaca novel Alkudus karya Asef Saeful Anwar. Dengan berhasrat Asef Saeful Anwar meredefinisi, atau bahkan merejuvinasi agama yang akhir-akhir ini tak ubahnya misil bagi kehidupan manusia. Alkudus seolah novel, seolah kitab yang dibubuhkan ajaran penting dan patut dipertimbangkan. Atau hanya sebatas lelucon, kegilaan, atau