AKU YANG MENOLAK BUNUH DIRI
Pada malam-malam yang keramat. Aku hanya bisa mematung. Melihat segala yang lewat. Menepis segala katalis yang mendesakku ke jurang kesakitan. Dalam kedalaman batinku, kutegaskan, bahwa aku hanya belajar untuk tenang. Belajar untuk melupakan semua kisah yang pernah ada. Belajar untuk tidak mengingatnya meski satu titik hitam tentangnya. Setelah tiga tahun lebih, aku mendulang jiwaku dengan percintaan yang edan, aku dengan dia yang berkhianat kini: bukanlah apa-apa selain ‘sumpah’ kumengutuknya. Tapi aku bukan Ratu Dido dari Carthage atau Tunisia yang rela mati karena penghianatan sang kekasih, Aeneas yang pergi ke Itali itu. Aku juga tidak butuh sanjungan sebagaimana penyair Roma Virgil dalam bukunya Aeneid (29-19 SM), bahwa kematian Ratu Dido adalah lambang menjaga harga diri. Aku tak akan pernah rela mati pada orang yang membohongiku berkali-kali. Setelah pemaafan yang kesekiankali, aku menjadi mengerti bahwa semuanya sudah tak berarti. Aku tak akan pernah menulis selain kutuka